TANAH LONGSOR DAN FAKTOR PENYEBABNYA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana
geologi merupakan bencana yang terjadi kibat proses geologi secara
alamiah yang siklus kejadiannya mulai dari skala beberapa tahun hingga
beberapa ratus bahkan jutaan tahun. Klasifikasi bencana geologi meliputi
gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung api, gerakan massa tanah
dan batuan atau longsor serta banjir (Karnawati 2005). Bencana geologi
seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung api merupakan
bencana murni yang disebabkan oleh proses geologi, sehingga tidak dapat
dicegah. Sebaliknya bencana geologi yang berupa gerakan massa tanah dan
batuan atau longsor serta banjir sering terjadi tidak hanya akibat
kondisi geologinya yang rawan, tetapi sering dipicu oleh aktivitas
manusia.
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong
pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat
jenis tanah batuan. Faktor-faktor penyebab tanah longsor antara lain :
hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang
kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau
bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material
timbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas
(bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah
(ESDM 2007).
Gravitasi
selalu mengakibatkan gaya tarik material penyusun lereng menuju bawah
(hukum gravitasi). Friksi memberikan gaya perlawanan terhadap
kecenderungan pergerakan akibat gravitasi; friksi = 0 berarti mudah
sekali tergelincir Sudut lereng semakin besar, semakin besar pula
kecenderungan material untuk bergerak ke bawah.
Indonesia yang
berada pada iklim tropis sangat rentan sekali terhadap bahaya erosi
longsor. Salah satu penyebab terjadinya longsor adalah tingginya
intensitas curah hujan, di Indonesia yang memiliki iklim tropis
intensitas curah hujannya besar. Kondisi ini mengakibatkan
wilayah-wilayah di Indonesia sangat rawan akan bencana longsor.
Bencana
longsor merupakan fenomena geologi dimana terjadi gerakan massa batuan,
tanah yang menuruni lereng dan keluar dari lereng. Terjadinya gerakan
massa batuan dan tanah tersebut dikarenakan akumulasi air yang terdapat
di dalam tanah sehingga bobot tanah menjadi besar. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air dapat berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi licin dan tanah yang mengalami pelapukan di atasnya
akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Untuk mengetahui
karakteristik longsor, harus diketahui pula sifat-sifat fisik dan
morfologi tanah.
2. Sifat-sifat Fisik Tanah
2.1 Lapisan Tanah
Menurut
Pulmmer (1982: 329) lapisan tanah berkembang dari bawah ke atas,
tahapannya merupakan lapisan lapisan sub horizontal yang merupakan
derajat pelapukan. Setiap lapisan mempunyai sifat fisik, kimia dan
biologi yang berbeda. Lapisan tanah berbeda dengan lapisan sedimen
karena tanah berada tidak jauh dari tempat terjadinya, sedangkan
sediment sudah tertransportasi oleh angin, air atau gletser dan di
endapkan kembali. Horizon-horizon membentuk lapisan tanah.
Horizon O
Adalah
horizon yang paling atas dan merupakan lapisan akumulasi bahan organik
di permukaan yang menutupi tanah mineral. Bahan organik yang terkumpul
merupakan sisa tumbuhan dan binatang yang sudah terurai oleh bakteri dan
proses kimia.
Horizon A
Memiliki ciri-ciri berwarna
kehitam-hitaman atau abu-abu gelap karena mengandung humus. Pada horizon
A telah kehilangan sebagian unsur aslinya karena yang berukuran lempung
terbawa air ke bawah. Di bawah horizon A terdapat horizon B yang
berwarna kecoklatan atau kemerahmerahan. Pada horizon ini terjadi
pengayaan lempung, hidroksida besi dan alumunium.
Horizon B
Mempunyai
struktur yang menyebabkan pecah-pecah menjadi blok-blok berbentuk
prisma. Horizon terdalam berada di bawah horizon B adalah horizon C.
Horizon C
Terdiri
dari batuan dasar dari berbagai tingkat pelapukan. Oksida batuan dasar
memberikan warna terang yaitu coklat kekuningkuningan.
Tanah
mempunyai jenis yang berbeda, diantaranya adalah pedocal dan laterit.
Pedocal berarti tanah yang kaya akan calcium carbonate(calcite) yang
dicirikan oleh akumulasi kalsium karbonat. Jenis tanah ini terdapat di
daerah kering dan panas, padang rumput dan semak-semak. Dalam tanah
pedocal tidak terjadi pelapukan kimia sehingga mineral lempung yang
terkandung sedikit. Laterit merupakan tanah yang terdapat di daerah
equator dan tropis, berwarna merah bata. Pembentukan tanah dimana curah
hujan tinggi dan suhu rata-rata panas dicirikan oleh pelapukan kimia
yang eksterm.
2.2 Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir
tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm
sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan (rock fragment)
atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah dari fraksi tanah halus (< 2 mm).
2.3 Struktur Tanah
Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan
struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat
satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida
besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran, dan ketahanan yang berbeda-beda. Di daerah curah hujan tinggi
umumnya ditemukan struktur remah atau granuler di permukaan dan gumpal
• Bentuk lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau pada lapisan padas liat
• Prisma: sumbu vertikal > sumbu horizontal bagian atasnya rata. Berada di horizon B tanah daerah iklim kering
•
Gumpal bersudut (blocky): seperti kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu
vertikal = sumbu horizontal. Berada di horizon B tanah daerah iklim
basah.
Zona labil merupakan suatu wilayah yang menunjukkan daerah
itu mempunyai kondisi tanah yang terus bergeser, pergeseran tanah ini
dapat terjadi karena longsor, peretakan tanah atau bisa juga daerah itu
dilalui patahan bumi. Daerah yang rentan terhadap geseran tanah adalah
daerah dekat atau sepanjang patahan. Kawasan permukiman (built-up
areas), bendungan dan jembatan, jaringan jalan raya dan kereta api,
tanah pertanian, dan sistem alur sungai. Daerah-daerah lingkungan
endapan sungai, bekas pantai/zona pantai, tanah urugan dan bekas danau
atau rawa merupakan daerah-daerah yang rentan terhadap kedua peristiwa
alam tersebut. Akibat dari dua peristiwa alam tersebut dapat merusakan
atau menghancurkan bangunan, meretakan bendungan, sistem irigasi,
jaringan jalan, hilangnya tanah pertanian, memutuskan hubungan
permukiman, dan lainlain (Suseno 2007: 16).
Geseran tanah yang sering
terjadi adalah tanah longsor yang merupakan proses perpindahan massa
tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Longsoran umumnya terjadi jika tanah sudah tidak mampu menahan berat
lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban pada permukaan
lereng dan berkurangnya daya ikat antarbutiran tanah akibat tidak ada
pohon keras (berakar tunggang). Faktor pemicu utama kelongsoran tanah
adalah air hujan. Tanah longsor banyak terjadi di perbukitan dengan
ciri-ciri:
• Kecuraman lereng lebih dari 30 derajat,
• curah hujan tinggi, terdapat lapisan tebal (lebih dari 2 meter) menumpang di atas
tanah/batuan yang lebih keras,
• tanah lereng terbuka yang dimanfaatkan sebagai permukiman, ladang, sawah atau
kolam (Suseno 2007: 16).
Dengan
demikian, air hujan leluasa menggerus tanah dan masuk ke dalam tanah.
Juga diperburuk dengan jenis tanaman di permukaan lereng yang kebanyakan
berakar serabut dan hanya bisa mengikat tanah tidak terlalu dalam
sehingga tidak mampu menahan gerakan tanah. Daerah dengan ciri seperti
itu merupakan daerah rawan longsor. Jika suatu daerah termasuk kategori
rawan longsor, kejadian longsor sering diawali dengan kejadian hujan
lebat terus-menerus selama lima jam atau lebih atau hujan tidak lebat
tetapi terus-menerus hingga beberapa hari, tanah retak di atas lereng
yang selalu bertambah lebar dari waktu ke waktu, pepohonan di lereng
terlihat miring ke arah lembah, banyak terdapat rembesan air pada tebing
atau kaki tebing, terutama pada batas antara tanah dan batuan di
bawahnya.
Selain merupakan daerah rawan longsor kawasan zona labil
biasanya merupakan daerah yang di lalui oleh patahan bumi, daerah ini
sangat labil karena kondisi tanah yang ada di sana terus bergerak, hal
ini dipengaruhi oleh gerakan lempeng-lempeng bumi secara konvergen atau
saling bertumbukan. Pergerakan kulit bumi yang berupa lempeng-lempeng
tektonik itu muncul dalam wujud gelombang yang disebut gempa. Pergerakan
lempeng tektonik menciptakan kondisi terjepit atau terkunci dimana
terjadi penimbunan energi dengan suatu jangka waktu tertentu yang untuk
selanjutnya dilepaskan dalam bentuk gelombang gempa, energi gelombang
gempa bumi akan dikonsentrasikan dan difokuskan jika gelombang gempa
bumi melintas di jaur patahan, goncangan dari gempa bumi ini dapat
menggeser posisi tanah baik ke arah lateral ataupun horizontal dan dapat
pula pada arah vertikal sehingga terjadi amblesan di sekitar patahan
itu (Suseno 2007: 18).
Ristianto 2007:21 menyebutkan, bahwa proses-proses gerakan tanah meliputi:
1. Kegagalan lereng
Gaya
gravitasi yang selalu menarik kebawah membuat lereng bukit dan gawir
pegunungan rawan untuk runtuh. Slum adalah keruntuhan lereng dimana
batuan atau regolith bergerak turun dan maju disertai gerak rotasional
yang bergerak berlawanan dengan arah massa yang bergerak. kegagalan
lereng secara mendadak yang mengakibatkan berpindahnya massa batuan yang
relatif koheren dengan slumping, jatuh (falling), atau
meluncur(sliding).
2. Falls dan Slides
Gerak pecahan batuan besar
atau kecil yang terlepas dari batuan dasar dan jatuh bebas dinamakan
rock fall. Biasanya terjadi pada tebing-tebing yang terjal, dimana
material yang lepas tidak dapat tetap di tempatnya. Jika material yang
bergerak masih agak koheren dan bergerak di atas permukaan suatu bidang
disebut rock slides. Bidang luncurnya dapat berupa bidang rekahan, kekar
atau bidang pelapisan yang sejajar dengan lereng.
3. Aliran (flow)
Aliran
terjadi apabila material bergerak turun lereng sebagai cairan kental
dengan cepat. Biasanya materialnya jenuh air. Yang sering terjadi adalah
mud flow, aliran debris dengan banyak air dan partikel utamanya adalah
partikel halus. Tipe gerak tanah ini terjadi di daerah dengan curah
hujan tinggi seperti di Indonesia. aliran (flow) campuran sedimen, air,
udara, dengan memperhatikan kecepatan dan konsentrasi sedimen yang
mengalir.
4. Patahan
Patahan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang
sangat besar dan berlangsung yang dalam waktu yang sangat cepat,
sehingga menyebabkan lapisan kulit bumi retak atau patah. Bagian muka
bumi yang mengalami patahan seperti graben dan horst. Horst adalah tanah
naik, terjadi bila terjadi pengangkatan. Graben adalah tanah turun,
terjadi bila blok batuan mengalami penurunan. Ada beberapa jejak yang
ditimbulkan oleh gesekan pada batuan diantaranya adalah gores garis atau
slickensides, gesekan antara batuan yang keras, permukaannya menjadi
halus dan licin disertai goresan-goresan pada bidang sesar.
Kebanyakan
gerak sesar menghancurkan batuan yang bergesekan menjadi berbagai
ukuran tidak beraturan, membentuk breksi sesar atau fault breccia
(Ristianto 2007: 24).
Berdasarkan pada klasifikasi Vernes dan Eckel
dalam Ristianto (2007: 24) maka gerakan tanah terdapat tujuh jenis
gerakan, yaitu soil fall, rock fall, sand run, debris slide, earth flow,
debris avalance dan bloock glide, sedangkan gerakan terbanyak adalah
jenis debris slide, merupakan 51,83% dari seluruh gerakan. Pada umumnya
gerakan tanah terjadi pada daerah sekitar kontak ketidakselarasan antara
satuan batu lempung dengan sisipan-sisipan batu pasir. Menurut Van
Zuidam dalam penataan ruang bab 1 (2008) mengklasifikasi kemiringan
lereng menjadi 7, yaitu :
1. 00 – 20 (0% - 2%) kemiringan lereng datar,
2. 20 – 40 (2% - 7%) kemiringan lereng landai,
3. 40 – 80 (7% - 15%) kemiringan lereng miring,
4. 80 – 160 (15% - 30%) kemiringan lereng agak curam,
5. 160 – 350 (30% - 70%) kemiringan lereng curam,
6. 350 – 550 (70% - 140%) kemiringan lereng sangat curam,
7. >55o0(>140%) kemiringan lereng terjal.
Kemiringan lereng ini dapat dinyatakan dengan dua satuan, yaitu dengan satuan sudut (derajat) dan satuan %.
Kesimpulan
•
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah
• Bencana longsor merupakan fenomena geologi dimana terjadi gerakan massa batuan,
tanah yang menuruni lereng dan keluar dari lereng. Terjadinya gerakan massa batuan
dan tanah tersebut dikarenakan akumulasi air yang terdapat di dalam tanah sehingga
bobot tanah menjadi besar.
• Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0% - 15% akan stabil terhadap kemungkinan
longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada saat kawasan
rawan gempa bumi akan semakin besar
• Indonesia yang berada pada iklim tropis sangat rentan sekali terhadap bahaya erosi
longsor. Salah satu penyebab terjadinya longsor adalah tingginya intensitas curah
hujan, di Indonesia yang memiliki iklim tropis intensitas curah hujannya besar.
Kondisi ini mengakibatkan wilayah-wilayah di Indonesia sangat rawan akan bencana
longsor.
TANAH LONGSOR DAN FAKTOR PENYEBABNYA
Diposting oleh
Unknown
, Minggu, 29 April 2012 at 01.32, in
Pengertian HIV/AIDS
Diposting oleh
Unknown
, at 01.29, in
HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.[6]
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Gejala dan komplikasi
Gejala-gejala utama AIDS.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Penyakit paru-paru utama
Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.
Pneumonia pneumocystis (PCP)[10] jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.[11]
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat.[12] Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.
Kanker dan tumor ganas (malignan)
Sarkoma Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).[21][22]
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[23]
Penyebab
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat HIV.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.[25] Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.[26][27] Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.[25][28][29] Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. [30] HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.[31][32][33] Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.[34] Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.[35]
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.[36]
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.[36][37] Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.[6]
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Gejala dan komplikasi
Gejala-gejala utama AIDS.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Penyakit paru-paru utama
Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.
Pneumonia pneumocystis (PCP)[10] jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.[11]
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat.[12] Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.
Kanker dan tumor ganas (malignan)
Sarkoma Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).[21][22]
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[23]
Penyebab
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat HIV.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.[25] Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.[26][27] Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.[25][28][29] Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. [30] HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.[31][32][33] Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.[34] Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.[35]
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.[36]
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.[36][37] Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
Pengertian banjir
Diposting oleh
Unknown
, at 01.27, in
Banjir
Yang Menakutkan dan tanah longsor
1.
Pengertian
banjir
Banjir adalah dimana
suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar.
Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan
disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan
korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap
musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi
kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian
bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan
yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah
manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat
(pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan,
dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di
daerah dataran banjir dan sebagainya.
a. Penyebab banjir
- Curah hujan tinggi
- Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
- Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit.
- Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
- Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
- Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Pada dasarnya
banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau
sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah.
Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran abnjir, mengapa bisa alami??? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran abnjir, mengapa bisa alami??? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
b.
Ada dua faktor
perubahan kenapa banjir terjadi:
Pertama itu perubahan
lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi,
perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari
masyarakat itu sendiri
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan.
Perubahan lingkungan? Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Berdasarkan penelitian Diarniti (2007) jumlah vegetasi di denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun 2003 itu 17.86%, klo gitu dah berkurang 27,45% dari tahun 1994 sampai 2003, ini Denpasar lho… gimana Jakarta ya…
Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak (Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006) ~LAPAN lho ini :D ~ banjir yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi :D ~ menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air, trus seandainya klo tanah2 dah tertutup beton pasti lebih tinggi lagi dunk aliran permukaannya hehehehe…
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan.
Perubahan lingkungan? Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Berdasarkan penelitian Diarniti (2007) jumlah vegetasi di denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun 2003 itu 17.86%, klo gitu dah berkurang 27,45% dari tahun 1994 sampai 2003, ini Denpasar lho… gimana Jakarta ya…
Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak (Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006) ~LAPAN lho ini :D ~ banjir yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi :D ~ menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air, trus seandainya klo tanah2 dah tertutup beton pasti lebih tinggi lagi dunk aliran permukaannya hehehehe…
c.
Cara
mengatasi banjir
Kebanyakan kejadian banjir berlaku karena kecetekan sungai. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
Langkah untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Bila proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.
Memelihara Hutan
Kegiatan pembalakan di mana perjalanan di daerah pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.
Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi.
Hutan dapat berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai filter dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada harga 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dalam sejatan kondensasi. Hanya dengan ini saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
Mengontrol Aktivitas Manusia
Banjir kilat yang terjadi terutama di kota disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesadaran kepada masyarakat perlu diungkapkan agar kegiatan negatif tidak terus dilakukan seperti mengadakan kampanye mencintai sungai dan sebagainya.
Badan-badan tertentu juga harus bertanggung jawab menentukan sungai sentiasa bersih dan tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.
Kejadian banjir merupakan bencana yang tidak dapat dihindari khususnya bila melibatkan hujan lebat. Namun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangi akibat banjir. Manusia juga harus selalu waspada dengan kejadian ini.
jangan membuang sampah sembarangan
Kebanyakan kejadian banjir berlaku karena kecetekan sungai. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
Langkah untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Bila proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.
Memelihara Hutan
Kegiatan pembalakan di mana perjalanan di daerah pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.
Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi.
Hutan dapat berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai filter dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada harga 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dalam sejatan kondensasi. Hanya dengan ini saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
Mengontrol Aktivitas Manusia
Banjir kilat yang terjadi terutama di kota disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesadaran kepada masyarakat perlu diungkapkan agar kegiatan negatif tidak terus dilakukan seperti mengadakan kampanye mencintai sungai dan sebagainya.
Badan-badan tertentu juga harus bertanggung jawab menentukan sungai sentiasa bersih dan tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.
Kejadian banjir merupakan bencana yang tidak dapat dihindari khususnya bila melibatkan hujan lebat. Namun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangi akibat banjir. Manusia juga harus selalu waspada dengan kejadian ini.
jangan membuang sampah sembarangan
Seperti di got
itu akan mengakibatakan aliran air tak bisa lewat dari got tersebut karena
banyak sampah yang ada di got, maka ailran air tak akan bisa mengalir dengan
baik, maka jagalah lingkungan sekitar jangan membuang sampah sembarangan
buangalah sampah pada tempatnya, maka aliaran air akan mengalir dengan baik
maka tidak terjadi aliran air naik ke jalan seperti contohnya, di jakarta, tak
ada jalan yang miring semuanya datar itu mengakibatkan air tak bisa mengalir
karena datar,
Dan jangan
membuang sampah disungai itu mengakibatkan air yang ada di sungai akan tidak
bisa mengalir dengan baik, terlalu banyak sampah yang ada di sungai pas ada
hujan yang sangat deras air tak bisa mengalir dengan baik.
Tanah Longsor
Pengertian
Tanah Longsor
1. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan
pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20° umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor.
Secara garis besar faktor penyebab tanah longsor sebagai berikut.
1) Faktor alam
a) Kondisi geologi antara lain batuan lapuk, kemiringan lapisan tanah, gempa bumi dan letusan gunung api.
b) Iklim yaitu pada saat curah hujan tinggi.
c) Keadaan topografi yaitu lereng yang curam.
Tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan
pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20° umumnya berbakat untuk bergerak atau longsor. Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring berpotensi untuk longsor.
Secara garis besar faktor penyebab tanah longsor sebagai berikut.
1) Faktor alam
a) Kondisi geologi antara lain batuan lapuk, kemiringan lapisan tanah, gempa bumi dan letusan gunung api.
b) Iklim yaitu pada saat curah hujan tinggi.
c) Keadaan topografi yaitu lereng yang curam.
2) Faktor manusia
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah di daerah lereng.
c) Penebangan hutan secara liar di daerah lereng.
d) Budidaya kolam ikan di atas lereng.
e) Sistem drainase di daerah lereng yang tidak baik.
f) Pemompaan dan pengeringan air tanah yang menyebabkan turunnya level air tanah.
g) Pembebanan berlebihan dari bangunan di kawasan perbukitan.
a) Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b) Penimbunan tanah di daerah lereng.
c) Penebangan hutan secara liar di daerah lereng.
d) Budidaya kolam ikan di atas lereng.
e) Sistem drainase di daerah lereng yang tidak baik.
f) Pemompaan dan pengeringan air tanah yang menyebabkan turunnya level air tanah.
g) Pembebanan berlebihan dari bangunan di kawasan perbukitan.
A. JENIS TANAH
LONGSOR
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
B. GEJALA UMUM
TANAH LONGSOR
* Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar
dengan arah tebing.
* Biasanya terjadi setelah hujan.
* Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
* Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
* Biasanya terjadi setelah hujan.
* Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
* Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
C. PENYEBAB
TERJADINYA TANAH LONGSOR
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor
1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak
sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air
pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor,
karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian
dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di
permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh
tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan
tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau
bendungan Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka
gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah
terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada
tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat
atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
* Adanya tebing terjal yang panjang melengkung
membentuk tapal kuda.
* Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
* Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
* Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
* Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
* Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
* Longsoran lama ini cukup luas.
* Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
* Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
* Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
* Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
* Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
* Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas
(bidang tidak sinambung) Bidang tidak sinambung ini memiliki
ciri:
* Bidang perlapisan batuan
* Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
* Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
* Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
* Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
* Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
* Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
* Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
* Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
Hujan
a. Pengertian hujan
Hujan merupakan satu bentuk prestipasi yang berwujud
cairan, presipitasi sering juga disebut: ( misal: salju dan hujan es) atau
aerosol ( seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh kebumi dari awan, tidak semua air sampai ke permukaan bumi
karena sebagaian menguap ketika terjatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini
di sebut sebagai virga.
b. Jenis-jenis hujan
Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan
menurut terjadinya, ukuran butirannya, atau curah hujannya.
Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya
- Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
- Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
- Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
- Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
- Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
Banyak
orang yang kecelakaan pada saat banjir
A.
Jalan yang rusak membuat orang
kecelakaan. Karena banyak jaln yang rusak atau bergelombang, saat ada banjir
orang panik dan tak thu mau kemana, dan membuat orang susah pada saat banjir
karena di akibatkan oleh manusia jga kenapa menebang pohon sembanrangan dan
membuang sampah semabranag, coaba jagalah lingkungan pasti tidak terjadi
apa-apa
B.
Dan banyak manusia yang mati
di karenakan banjir yang begitu besar, sampai manusia tidak bisa melakukan
apa-apa, hanya diam saja
brosure pendawa cell
untuk lebih lengkapnya silahkan di download !!
pendawa seluler
|
sms center | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
XL | : 087 863 227 799 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
AS | : 085 238 116 888 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SIM | : 081 337 250 181 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
IM3 | : 085 739 002 500 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
AS | IM3 | XL Bebas | Three ''3'' | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
AS5 | 5.450 | IM5 | 5.400 | B5 | 5.450 | T5 | 5.100 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AS10 | 10.500 | IM10 | 10.400 | B10 | 10.350 | T10 | 10.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AS20 | 20.150 | IM25 | 25.100 | B25 | 25.050 | T20 | 19.800 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AS25 | 25.400 | IM50 | 49.500 | B50 | 49.675 | T30 | 29.300 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AS50 | 49.500 | IM100 | 99.000 | B100 | 99.000 | T40 | 39.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AS100 | 97.500 | IM150 | 144.500 | BD5 | 5.450 | T50 | 49.100 | |||||||||||||||||||||||||||||||
ASD5 | 5.450 | IM5D | 5.400 | BD10 | 10.350 | T75 | 75.750 | |||||||||||||||||||||||||||||||
ASD10 | 10.500 | IM10D | 10.400 | BD25 | 25.050 | T100 | 97.500 | |||||||||||||||||||||||||||||||
ASD15 | 15.800 | IM25D | 25.100 | BD50 | 49.675 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
ASD25 | 25.400 | IM50D | 49.500 | BD100 | 99.000 | Esia | ||||||||||||||||||||||||||||||||
ASD50 | 49.500 | IM100D | 99.000 | E1 | 1.480 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
ASD100 | 97.500 | Hepi | E2 | 2.460 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
Mentari | H5 | 5.350 | E4 | 4.420 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
AS NASIONAL | M5 | 5.400 | H10 | 10.200 | E5 | 5.350 | ||||||||||||||||||||||||||||||||
AL5 | 5.500 | M10 | 10.400 | H25 | 24.750 | E10 | 10.300 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AL10 | 10.600 | M25 | 25.100 | H50 | 49.000 | E25 | 25.150 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AL20 | 20.300 | M50 | 49.500 | H100 | 97.500 | E35 | 35.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||
AL25 | 25.400 | M100 | 99.000 | E50 | 50.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
AL50 | 49.500 | M150 | 148.000 | Axis | E100 | 94.900 | ||||||||||||||||||||||||||||||||
AL100 | 97.500 | M5D | 5.400 | AX5 | 5.450 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
M10D | 10.400 | AX10 | 10.300 | Fren | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
SIMPATI | M25D | 25.100 | AX25 | 25.150 | FR10 | 10.300 | ||||||||||||||||||||||||||||||||
S5 | 5.450 | M50D | 49.500 | AX50 | 49.900 | FR25 | 25.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||
S10 | 10.500 | AX100 | 99.000 | FR50 | 49.250 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
S20 | 20.150 | Flexi | FR100 | 98.300 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
S50 | 49.500 | F5 | 5.250 | SMART | FR150 | 147.750 | ||||||||||||||||||||||||||||||||
S100 | 97.500 | F10 | 10.100 | SRS5 | 5.200 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
S150 | 150.000 | F20 | 19.800 | SRS10 | 10.300 | StarOne | ||||||||||||||||||||||||||||||||
SD5 | 5.450 | F50 | 48.900 | SRS20 | 20.000 | SO10 | 10.350 | |||||||||||||||||||||||||||||||
SD10 | 10.500 | F100 | 97.400 | SRS25 | 24.900 | SO20 | 20.100 | |||||||||||||||||||||||||||||||
SD20 | 20.150 | F150 | 142.000 | SRS50 | 49.600 | SO50 | 49.500 | |||||||||||||||||||||||||||||||
SD50 | 49.500 | SRS100 | 98.500 | SO100 | 98.300 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
SD100 | 97.500 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SD150 | 150.000 | PLN | CERIA | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
PLN25 | 25.000 | C5 | 5.150 |
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
SIMPATI NASIONAL | PLN30 | 30.000 | C10 | 10.000 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
SL5 | 5.500 | PLN50 | 50.000 | C20 | 19.500 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
SL10 | 10.600 | PLN75 | 75.000 | C50 | 48.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
SL20 | 20.150 | PLN100 | 100.000 | C100 | 96.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||||
SL25 | 25.400 | PLN150 | 150.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
SL50 | 49.500 | PLN200 | 200.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
97.700 | PLN250 | 250.000 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
"UPDATE 16 FEB 2012" | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Cara Melakukan Transaksi : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Check Saldo | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SAL spasi PIN <Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SAL 1234 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. Mengganti PIN | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Info spasi gantipin spasi pinlama spasi pinbaru <Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Info gantipin 4321 1234 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. Info Harga Produk | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
hrg spasi jenisvoucher spasi PIN <Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
hrg simpati PIN | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. Penjualan Produk / Tansaksi Pulsa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Produk spasi NoHPtujuan spasi PIN <Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
S20 081338333444 1234 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5. Penjualan Produk Lebih Dari Satu ( MULTIPLE ) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MULTI spasi kodevoucher1spasi HP1 spasi kodevoucher2 spasi HP2 spasi PIN | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
<Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
MULTI S10 081338333444 B5 087861622334 1234 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6. Cek Laporan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
LAP spasi ddmmyyyy spasi PIN <Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
LAP 27082008 1234 (cek laporan tgl : 22 Juli 2011) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7. KOMPLAIN / INFO VIA SMS | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
INFO spasi Pesan Kompalin <Kirim Ke SMS Center> | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh 1 : INFO Trx S20 HP 081337161633 Tgl 22 / 07 / 2011 Status? | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Contoh 2 : INFO Trx S10 HP 081337214578 Tgl 22 / 07 / 2011 Status sukses, | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pulsa blm msk ke konsumen? | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
TIPS Dan Ketentuan : | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Setting Validasi SMS Maksimum 1 Jam, Untuk menghindari masuknya SMS Order yang tertunda lama | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* SMS Order yang tertunda akibat dari gangguan operator ( penyedia layanan seluler) bukan tanggung jawab | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
kami.Anda dapat mencoba mengirimkan SMS order sebagai alternative ke semua SMS center Yanti Pulsa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
yang kami sediakan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Sebelum mengetik SMS order, pastikan kamus (dictionary) dinonaktifkan! Untuk menghindari SMS yang | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
diterima pada sistem kami tidak sesuai dengan format SMS Yanti Pulsa . | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Jangan mengirimkan SMS order lebih dari 1 kali dalam sehari dengan kode voucer yang berbeda.Jika anda | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
menginginkan mengorder 1 jenis voucher saja. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Mengulang SMS order dengan kode voucher yang berbeda, disarankan jika anda sudah menerima SMS report | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
bahwa transaksi anda digagalkan, untuk menghindari kemungkinan pulsa masuk lebih dari sekali | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Pastikan format SMS menggunakan SPASI | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Untuk nomor XL pastikan dulu jenis vouchernya sebelum anda mengirimkan SMS order dg mendial *456# pd Hp | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
yang akan diisi pulsa | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Jika KOMPLAIN, gunakan SMS INFO untuk mendapatkan informasi yg jelas transaksi anda & menghemat biaya | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
percakapan telepon | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Jika ingin mentransfer saldo AgenID anda ke AgenID lain, pastikan format SMSnya benar. Kehilangan dana akibat | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
kesalahan format SMS yang anda kirimkan bukan menjadi tanggung jawab pihak Yanti Pulsa . Pemindahan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
dana akibat kesalahan transfer dikenakan Administrasi sebesar Rp. 25.000. |
Langganan:
Postingan (Atom)